My Page Views

Friday, January 21, 2011

Menghadapi Kematian Tanpa Persiapan


Lukas 23:32-43

Kasih karunia Tuhan dinyatakan dalam kerelaan-Nya untuk menyambut setiap orang pada setiap waktu untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya, bahkan pada saat kematian-Nya. Saat bertobat, si pencuri yang tergantung di kayu salib dan ditempatkan di sebelah Yesus tidak memiliki apapun untuk dipersembahkan kepada Tuhan – tidak ada perbuatan baik, tidak ada pelayanan – Ia bahkan tidak dapat dibaptis. Dalam kondisinya yang tidak berdaya, satu-satunya yang ia dapat perbuat adalah percaya. Namun itu saja sudah cukup, sebab iman adalah satu-satunya jalan untuk diselamatkan.

Sekalipun kedua pencuri memulai penyaliban mereka dengan mengolok-olok Yesus (Mat 27:44), namun saat menit-menit penyiksaan berlalu, salah satu dari mereka berubah hatinya. Cemoohannya terhadap Yesus berubah menjadi teguran kepada penjahat lainnya, dan kemudian membela Yesus, mengaku akan kesalahannya, dan memohon satu tempat di dalam kerajaan Kristus (Luk 23:40-42).

Apa yang mengubah pencemooh ini menjadi orang percaya? Sekalipun sebelumnya ia hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang Yesus, namun ejekan orang banyak memberikan informasi yang ia perlukan untuk diselamatkan. Penonton yang mencaci-maki itu menuduh Yesus tepat seperti siapa Dia sebenarnya: sang Raja Israel, Juruselamat bagi orang lain dan Anak Allah (Mat 27:42-43). Saat orang terhukum ini menyaksikan dan mendengarkan, ia mengubah imannya kepada satu-satunya Pribadi yang dapat menyelamatkannya: Orang yang mati baginya.

Pada hari itu di bukit, satu orang mati dalam dosanya, satu Anak Manusia mati demi dosa, dan yang lainnya diselamatkan dari dosanya. Hanya ada dua respon terhadap kematian yang tak terelakkan. Kita dapat menerima atau menolak apa yang Kristus bayarkan demi dosa kita. Lalu, apa respon Anda?

(Sentuhan Hati; 21 Januari 2011)

1 comment: