My Page Views

Thursday, April 7, 2011

Luka Hati


"Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tuna dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan" (Yesaya 53:2-3)


Membicarakan topik hati yang dilukai orang lain adalah topik yang berat. Kita semua pernah merasakan penderitaan hidup, tetapi penderitaan karena dilukai orang merupakan satu penderitaan yang khusus yang sulit diterima orang sebab ia merasa ini adalah penderitaan yang tidak sewajarnya diterima.

Kita selalu mempunyai harkat diri atau harga diri. Harga diri merupakan dasar eksistensi yang membuat kita berani terus hidup dalam dunia ini. Ketika kita dilukai, maka goncanglah harkat diri itu dan goncanglah penilaian diri itu. Kita merasa sebagai orang yang terhormat dan cukup baik, sehingga wajar jika kita dihargai orang lain. Tetapi ketika kita tidak menerima penghormatan itu, sebaliknya kita dihina. Ini menimbulkan suatu luka di hati kita.

Pada saat itu terjadi, ada satu keluhan yang terjadi dalam hati kita. Kita bisa menangis ketika mengingat peristiwa luka yang diberikan seseorang kepada kita. Dilukai merupakan hal yang sangat sulit kita terima. Namun kadang kala kita hanya terlalu sadar bagaimana orang melukai kita tetapi kita tidak menyadari kita melukai orang lain. Kita hanya menuntut bagaimana orang harus memperlakukan kita tetapi kita lupa bagaimana seharusnya memperlakukan orang lain seturut apa yang kita juga harapkan diperlukan sedemikian.

Tuhan Yesus berkata jika kita ingin orang lain memperlakukan apa yang baik, maka kita terlebih dahulu lakukan kepada mereka, Ini adalah etika yang aktif dan bukan pasif. Kita sering kali beretika pasif. Jikalau orang berbuat baik kepada saya, barulah saya akan baik kepadanya. Kalau orang membenci saya, saya juga membencinya. Atau kita berkata, "Kalau orang baik kepada saya, saya juga akan baik kepadanya; tapi kalau orang jahat kepada saya, saya akan lebih jahat lagi." Maka tanpa sadar kita telah mengaku bahwa kita memiliki kebencian yang aktif namun cinta yang pasif. Inilah dosa manusia. Inilah kefatalan yang terjadi akibat Kejatuhan Adam yang mempengaruhi seluruh umat manusia, dimana kita hanya mau melakukan kebaikan secara pasif.

Sedemikian pasifnya kebaikan kita, sampai-sampai ketika orang berbuat baik kepada kita, kita curigai. Bahkan menduga-duga mungkin kebaikan ini palsu dan mempunyai maksud jahat yang tersembunyi. Perlu sampai orang itu terus berbuat baik, walau kita tidak menghargai, dan ia terus berbuat baik, sampai akhirnya kita sadar bahwa ia sungguh-sungguh berbuat baik kepada kita, barulah kita terharu dan ingin membalas sedikit kebaikannya. Ini semua menunjukkan betapa kebaikan kita sedemikian pasifnya. Bagaimana sikap kita yang berinisiatif aktif menghormati dan menjunjung tinggi harkat orang lain, di situlah ukurannya kedewasaan rohani kita.

Kedewasaan Rohani dan Dilukai
Dalam mutual relationship, adakalanya orang dengan sadar dan berencana, tetapi kadang juga secara tidak sadar telah menghina dan melukai hati kita. Jika hal itu terjadi, biarlah ini menjadi sarana pengujian sejauh mana pertumbuhan rohani kita. Adakah kerohanian kita masih kekanakkanakan berkeinginan membalas perbuatan yang menyakitkan itu? Ataukah justru dalam kedewasaan rohani kita berinisiatif melakukan kebaikan kepada orang yang sengaja melukai hati kita dengan segala kebaikan yang Tuhan sudah berikan kepada kita? Tuhan Allah adalah Tuhan yang suci, adil, kasih, baik dan setia. Etika orang Kristen harus didasarkan kepada sifat-sifat ilahi ini. Yesus Kristus mengajarkan kepada kita bahwa kita jangan hanya mengasihi orang yang baik kepada kita. Jika kamu hanya mengasihi orang yang baik kepadamu, apa bedanya kamu dengan orang kafir? Kasihlah musuhmu, karena Bapamu di sorga seperti itu adanya.

Memang tindakan dan etika seperti ini tidak mudah, tapi itulah Kekristenan. Kadang kita merasa sudah tahu banyak dan mengeri Alkitab dan sudah melayani banyak. Tetapi kemudian, hanya di dalam satu kejadian kecil saja yang tidak mengenakkan, ketika kita dilukai orang lain, kita sudah berteriakteriak marah dan menangis. Tetapi ketika kita yang melukai orang lain, kita tidak merasa melakukannya. Kita mengelak dan berkata itu hal yang tidak sengaja dan mengecilkan betapa seriusnya luka dalam hati orang tersebut. Memang kita tidak sengaja melukai, tetapi apakah itu berarti kita tidak boleh peduli? Kita tetap harus bertanggung jawab ketika kita melukai hati seseorang.

Beberapa tahun yang lalu di Taiwan, ada seorang pasien yang meninggal karena diberi obat yang salah. Orang yang memberi obat menyatakan bahwa dia tidak sengaja melakukan itu. Orang ini tidak bisa berkata, "Saya tidak sengaja, maka itu bukan urusan saya." Ia harus dituntut karena keteledoran ini. Tetap ada kewajiban moral bagi orang yang tidak sengaja. Maka Daud berkata, "Ampunilah dosaku yang tidak kusadari, atau yang belum dinyatakan." Itu berarti, ketika kita berbuat salah kepada orang lain, meskipun kita tidak sadar atau tidak direncanakan, namun perbuatan kita telah melukai hati orang, kita harus memohon pengampunan untuk dosa ini. Kita harus banyak belajar dalam hal melukai dan dilukai. Kadang kita tidak sengaja sehingga kita tidak berasa apa-apa yang bisa tidur nyenyak tetapi yang dilukai diruginkan dan sedih sekali. Itu sebab kita harus memiliki kepekaan seperti Daud yang memohon pengampunan bagi dosa-dosa yang tidak disadari. Dia sadar bahwa hanya kemurahan Tuhan Allah yang bisa mengampuni dosa-dosa yang tidak disadarinya. Tuhan tahu kelemahan dan keterbatasan pengetahuan kita. Tuhan murah hati, dan ketika kita memohon pengampunan-Nya dengan tulus, Ia mengampuni kita.

Alasan Melukai Hati Seseorang
Ada dua bentuk tindakan melukai hati orang lain. Pertama, melukai secara tidak sengaja. Kedua, melukai secara sengaja. Kalau seseorang melakukan sesuatu yang akhirnya melukai hati anda, tetapi ia tidak sadar, ini tidak berarti orang itu tidak bersalah, tetapi juga kamu tidak boleh mempersalahkan orang itu. Karena bagaimanapun juga orang itu tidak sadar melakukannya. Orang seperti ini haruslah kita kasihani, bukannya dituntut. Orang Kristen harus penuh pengertian, penuh simpati, penuh belas kasihan kepada mereka yang tidak sadar. Di situ engkau baru bisa menang, engkau bisa mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan kesulitan dalam situasimu.

Mengalahkan diri atau menyangkal diri adalah hal yang utama, sebab diri kita adalah musuh yang terbesar. Tidak mungkin kamu mengajar atau menghibur orang lain, dan menjadi kekuatan yang bisa mengubah orang lain, jika kamu sendiri belum mampu mengalahkan dirimu sendiri.

Kalau seseorang melukai hati kita dengan sengaja, maka kita harus menghadapinya dengan cara berbeda. Tetapi bagaimana membedakan bahwa seseorang melukai kita dengan sengaja atau tidak? Ada orang selalu mempunyai pikiran bahwa orang lain selalu berbuat tidak baik terhadapnya dan semua orang sengaja melukainya. Dalam psikologi, orang demikian disebut mengalami paranoia. Paranoia berarti selalu curiga menganggap orang lain mau merugikan, mencelakakan, mengancam atau menyusahkan dia. Paranoia selalu melihat dan memikirkan orang lain dengan pikiran negatif. Kalau orang lain sebanarnya tidak sengaja, tetapi dianggap pasti sengaja, maka kita jadi orang yang paranoia. Orang yang paranoia selalu hidup dalam kesulitan besar yang sulit ditolong, kecuali kiat mengalahkan diri sendiri.

Jikalau engkau belum bisa membedakan dengan tepat apakah seseorang melakukan tindakan itu dengan sengaja atau tidak, janganlah engkau memutuskannya terlalu cepat. Mengambil keputusan terlalu cepat berarti kita menjadi hakim yang menvonis tanpa dasar yang cukup. Dosa memvonis orang lain secara tidak sesuai mungkin lebih berat dosanya daripada dosa mereka yang secara tidak sengaja melukaimu. Belajar mengasihi dan menjaga mutual relationship dengan mutual respect itu tidaklah mudah, namun kita harus terus belajar dan bertumbuh dalam kerohanian makin serupa Kristus.

Alasan Sengaja Melukai
Kalau ada orang yang sengaja melukai hati kita, ada beberapa sebab:
1. Ketakutan Persaingan Manusia selalu takut dan tidak mau disaingi.
Mereka paling senang kalau dirinya paling hebat. Kalau kamu dilukai orang karena kamu dianggap menyaingi dia, janganlah kamu sedih. Mengapa? Karena lebih baik menjadi sasaran iri hati orang daripada kamu menjadi tukang iri.

Mana yang lebih susah hidupnya: sasaran iri atau tukang iri? Merasa iri terhadap orang lain itu susah luar biasa. Menjadi sasaran iri orang lain juga susah, tetapi tidak sesusah orang yang iri. Kalau kamu menjadi sasaran iri orang lain, itu berarti kami memiliki kelebihan. Maka jangan membenci orang yang iri kepadamu, tetapi kasihanilah dia. Kalau kamu menjadi sasaran iri berarti kamu punya kelebihan yang ia tidak miliki. Kelebihan itu adalah anugerah Tuhan, maka kamu jangan mencela orang yang iri kepadamu, sebaliknya kasihani dia.

Ada dua sebab mengapa kamu menjadi sasaran iri orang lain. Pertama, karena memang kualitas kamu tinggi; kedua, karena kamu terlalu menonjolkan diri. Maka kalau kamu mempunyai kelebihan, jangan sering menonjolkan kelebihanmu untuk membuat orang lain jadi iri, itu dosa.

Sekalipun kamu hebat dan high achievement, tetaplah rendah hati dan low profile. High achievement, low profile; high thinking, low living. Inilah seni hidup. Inilah sikap hidup orang Reformed. Dengan demikian, kita bisa bergaul baik dengan orang lain. Kalau orang akhirnya iri kepada kamu, itu problema orang itu sendiri. Tetapi kalau kamu terlalu menonjolkan diri dan merebut kemuliaan Tuhan, terlalu mengagungkan diri sendiri, itu dosamu. Maka dalam hal iri, kamu harus sangat berhati-hati akan hal ini.

2. Salah Mengerti
Sebab kedua anda dilukai orang adalah dia salah mengerti anda. Kamu difitnah atau orang memberi tanggapan atau pikiran yang salah tentang dirimu, sehingga kamu merasa terluka. Tetapi janganlah kamu terlalu cepat membalas. Coba selidiki dulu mengapa orang itu begitu tidak baik terhadap kamu? Mengapa kamu dilukainya? Kalau itu hanya salah mengerti, ada dua hal yang harus kita perhatikan. Pertama, kita tidak sembarangan membela diri; kedua, kita tidak boleh membiarkan kebajikan kita difitnah orang lain. Ini adalah ajaran Alkitab, jangan sampai kebajikanmu itu difitnah oleh orang lain. Kalau kamu baik, tetapi difitnah, kamu berhak membela diri.

Tetapi jika kamu tidak bisa membela diri saat difitnah, maka cara satu-satunya adalah serahkan kepada Tuhan dan waktunya Tuhan. Terlalu cepat membela diri atau terlalu cepat menyerang orang lain akan membuat banyak hal semakin rumit dan sulit. Di dalam hidup gerejawi selama berpuluh-puluh tahun, saya melihat antara majelis, pendeta, penginjil, tua-tua dan anggota timbul banyak perselisihan yang sulit didamaikan dan diselesaikan. Apa sebabnya? Karena semua tidak mau menunggu waktu yang tepat, semua tergesa-gesa dan cepat membela diri.

Pada saat orang lain yang salah mengerti atas apa yang kita lakukan atau menfitnah apa yang kita lakukan, janganlah terlalu cepat membela diri. Kadang waktulah yang akhirnya memenangkan anda, ketika matanya celik dan melihat semua yang ia fitnahkan tidak benar, ia akan menjadi sungkan sekali. Cara terbaik untuk menghadapi orang-orang yang melukai hati kita adalah membuat mereka merasa sungkan sekali, maka kita tidak perlu lagi membela diri.

3. Standar yang Tinggi

Orang melukai kita atau salah mengerti dan menghina kita karena dia memiliki suatu standar yang tinggi, yang lebih tinggi dari standar kita. Kalau kamu dihina karena orang lain memasang standar yang lebih tinggi, kamu tidak perlu marah dan tidak perlu menghina diri, karena kamu memiliki kelebihanmu sendiri yang perlu kamu kembangkan secara maksimal untuk kemuliaan Tuhan. Kalau orang lain memiliki standar yang berbeda dari standar kita, kita tidak perlu membela diri dan juga tidak perlu menyerang, tetapi kita perlu mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Sampai suatu saat ia menyadari bahwa kita memiliki nilai tersendiri dan tidak kalah baiknya dengan standar yang ia pakai.

Mari kita memupuk dan menuntut diri sampai kita mempunyai kemajuan yang baik, sehingga kita tidak takut dihina oleh orang lain. Setiap kita mempunyai kehormatan, harkat, dan nilai diri. Nilai itu akan diukur oleh Tuhan dan bukan oleh manusia. Jika kita bertahan dalam nilai kerohanian yang sungguh-sungguh, maka suatu kali kelak kita akan dimuliakan Tuhan.

Selama hidup-Nya di dunia ini, Yesus Kristus dihina, diejek, difitnah, diumpat, dan diperlakukan secara tidak adil. Tetapi sebelum Ia naik di kayu salib, Ia berdoa, "Bapa, muliakan Anak-Mu sebagaimana Dia sudah memuliakan Engkau di atas bumi. Orang-orang yang Engkau berikan kepada- Ku, sudah Kuberikan hidup kekal. Seorang pun tidak ada yang akan binasa." Doa Yesus Kristus harus menjadi teladan bagi kita. Ketika Ia dihina dan difitnah, Ia tidak membalas, tidak membela diri sewaktu di kayu salib, namun akhirnya Ia dimuliakan lebih tinggi dari siapapun.

-------------------------------------------------------------

Pengkhotbah: Pdt Stephen Tong

No comments:

Post a Comment