
"Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tuna dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan" (Yesaya 53:2-3)
Membicarakan topik hati yang dilukai orang lain adalah topik yang  berat. Kita semua pernah merasakan penderitaan hidup, tetapi  penderitaan karena dilukai orang merupakan satu penderitaan yang khusus  yang sulit diterima orang sebab ia merasa ini adalah penderitaan yang  tidak sewajarnya diterima.
Kita selalu mempunyai harkat diri atau  harga diri. Harga diri merupakan dasar eksistensi yang membuat kita  berani terus hidup dalam dunia ini. Ketika kita dilukai, maka goncanglah  harkat diri itu dan goncanglah penilaian diri itu. Kita merasa sebagai  orang yang terhormat dan cukup baik, sehingga wajar jika kita dihargai  orang lain. Tetapi ketika kita tidak menerima penghormatan itu,  sebaliknya kita dihina. Ini menimbulkan suatu luka di hati kita.
Pada  saat itu terjadi, ada satu keluhan yang terjadi dalam hati kita. Kita  bisa menangis ketika mengingat peristiwa luka yang diberikan seseorang  kepada kita. Dilukai merupakan hal yang sangat sulit kita terima. Namun  kadang kala kita hanya terlalu sadar bagaimana orang melukai kita tetapi  kita tidak menyadari kita melukai orang lain. Kita hanya menuntut  bagaimana orang harus memperlakukan kita tetapi kita lupa bagaimana  seharusnya memperlakukan orang lain seturut apa yang kita juga harapkan  diperlukan sedemikian.
Tuhan Yesus berkata jika kita ingin orang  lain memperlakukan apa yang baik, maka kita terlebih dahulu lakukan  kepada mereka, Ini adalah etika yang aktif dan bukan pasif. Kita sering  kali beretika pasif. Jikalau orang berbuat baik kepada saya, barulah  saya akan baik kepadanya. Kalau orang membenci saya, saya juga  membencinya. Atau kita berkata, "Kalau orang baik kepada saya, saya juga  akan baik kepadanya; tapi kalau orang jahat kepada saya, saya akan  lebih jahat lagi." Maka tanpa sadar kita telah mengaku bahwa kita  memiliki kebencian yang aktif namun cinta yang pasif. Inilah dosa  manusia. Inilah kefatalan yang terjadi akibat Kejatuhan Adam yang  mempengaruhi seluruh umat manusia, dimana kita hanya mau melakukan  kebaikan secara pasif.
Sedemikian pasifnya kebaikan kita,  sampai-sampai ketika orang berbuat baik kepada kita, kita curigai.  Bahkan menduga-duga mungkin kebaikan ini palsu dan mempunyai maksud  jahat yang tersembunyi. Perlu sampai orang itu terus berbuat baik, walau  kita tidak menghargai, dan ia terus berbuat baik, sampai akhirnya kita  sadar bahwa ia sungguh-sungguh berbuat baik kepada kita, barulah kita  terharu dan ingin membalas sedikit kebaikannya. Ini semua menunjukkan  betapa kebaikan kita sedemikian pasifnya. Bagaimana sikap kita yang  berinisiatif aktif menghormati dan menjunjung tinggi harkat orang lain,  di situlah ukurannya kedewasaan rohani kita.
Kedewasaan  Rohani dan Dilukai
Dalam mutual relationship, adakalanya  orang dengan sadar dan berencana, tetapi kadang juga secara tidak sadar  telah menghina dan melukai hati kita. Jika hal itu terjadi, biarlah ini  menjadi sarana pengujian sejauh mana pertumbuhan rohani kita. Adakah  kerohanian kita masih kekanakkanakan berkeinginan membalas perbuatan  yang menyakitkan itu? Ataukah justru dalam kedewasaan rohani kita  berinisiatif melakukan kebaikan kepada orang yang sengaja melukai hati  kita dengan segala kebaikan yang Tuhan sudah berikan kepada kita? Tuhan  Allah adalah Tuhan yang suci, adil, kasih, baik dan setia. Etika  orang  Kristen harus didasarkan kepada sifat-sifat ilahi ini. Yesus Kristus  mengajarkan kepada kita bahwa kita jangan hanya mengasihi orang yang  baik kepada kita. Jika kamu hanya mengasihi orang yang baik kepadamu,  apa bedanya kamu dengan orang kafir? Kasihlah musuhmu, karena Bapamu di  sorga seperti itu adanya.
Memang tindakan dan etika seperti ini  tidak mudah, tapi itulah Kekristenan. Kadang kita merasa sudah tahu  banyak dan mengeri Alkitab dan sudah melayani banyak. Tetapi kemudian,  hanya di dalam satu kejadian kecil saja yang tidak mengenakkan, ketika  kita dilukai orang lain, kita sudah berteriakteriak marah dan menangis.  Tetapi ketika kita yang melukai orang lain, kita tidak merasa  melakukannya. Kita mengelak dan berkata itu hal yang tidak sengaja dan  mengecilkan betapa seriusnya luka dalam hati orang tersebut. Memang kita  tidak sengaja melukai, tetapi apakah itu berarti kita tidak boleh  peduli? Kita tetap harus bertanggung jawab ketika kita melukai hati  seseorang.
Beberapa tahun yang lalu di Taiwan, ada seorang pasien  yang meninggal karena diberi obat yang salah. Orang yang memberi obat  menyatakan bahwa dia tidak sengaja melakukan itu. Orang ini tidak bisa  berkata, "Saya tidak sengaja, maka itu bukan urusan saya." Ia harus  dituntut karena keteledoran ini. Tetap ada kewajiban moral bagi orang  yang tidak sengaja. Maka Daud berkata, "Ampunilah dosaku yang tidak  kusadari, atau yang belum dinyatakan." Itu berarti, ketika kita berbuat  salah kepada orang lain, meskipun kita tidak sadar atau tidak  direncanakan, namun perbuatan kita telah melukai hati orang, kita harus  memohon pengampunan untuk dosa ini. Kita harus banyak belajar dalam hal  melukai dan dilukai. Kadang kita tidak sengaja sehingga kita tidak  berasa apa-apa yang bisa tidur nyenyak tetapi yang dilukai diruginkan  dan sedih sekali. Itu sebab kita harus memiliki kepekaan seperti Daud  yang memohon pengampunan bagi dosa-dosa yang tidak disadari. Dia sadar  bahwa hanya kemurahan Tuhan Allah yang bisa mengampuni dosa-dosa yang  tidak disadarinya. Tuhan tahu kelemahan dan keterbatasan pengetahuan  kita. Tuhan murah hati, dan ketika kita memohon pengampunan-Nya dengan  tulus, Ia mengampuni kita.
Alasan Melukai Hati Seseorang
Ada  dua bentuk tindakan melukai hati orang lain. Pertama, melukai secara  tidak sengaja. Kedua, melukai secara sengaja. Kalau seseorang melakukan  sesuatu yang akhirnya melukai hati anda, tetapi ia tidak sadar, ini  tidak berarti orang itu tidak bersalah, tetapi juga kamu tidak boleh  mempersalahkan orang itu. Karena bagaimanapun juga orang itu tidak sadar  melakukannya. Orang seperti ini haruslah kita kasihani, bukannya  dituntut. Orang Kristen harus penuh pengertian, penuh simpati, penuh  belas kasihan kepada mereka yang tidak sadar. Di situ engkau baru bisa  menang, engkau bisa mengalahkan diri sendiri dan mengalahkan kesulitan  dalam situasimu.
Mengalahkan diri atau menyangkal diri adalah  hal yang utama, sebab diri kita adalah musuh yang terbesar. Tidak  mungkin kamu mengajar atau menghibur orang lain, dan menjadi kekuatan  yang bisa mengubah orang lain, jika kamu sendiri belum mampu mengalahkan  dirimu sendiri.
Kalau seseorang melukai hati kita dengan  sengaja, maka kita harus menghadapinya dengan cara berbeda. Tetapi  bagaimana membedakan bahwa seseorang melukai kita dengan sengaja atau  tidak? Ada orang selalu mempunyai pikiran bahwa orang lain selalu  berbuat tidak baik terhadapnya dan semua orang sengaja melukainya. Dalam  psikologi, orang demikian disebut mengalami paranoia. Paranoia berarti  selalu curiga menganggap orang lain mau merugikan, mencelakakan,  mengancam atau menyusahkan dia. Paranoia selalu melihat dan memikirkan  orang lain dengan pikiran negatif. Kalau orang lain sebanarnya tidak  sengaja, tetapi dianggap pasti sengaja, maka kita jadi orang yang  paranoia. Orang yang paranoia selalu hidup dalam kesulitan besar yang  sulit ditolong, kecuali kiat mengalahkan diri sendiri.
Jikalau  engkau belum bisa membedakan dengan tepat apakah seseorang melakukan  tindakan itu dengan sengaja atau tidak, janganlah engkau memutuskannya  terlalu cepat. Mengambil keputusan terlalu cepat berarti kita menjadi  hakim yang menvonis tanpa dasar yang cukup. Dosa memvonis orang lain  secara tidak sesuai mungkin lebih berat dosanya daripada dosa mereka  yang secara tidak sengaja melukaimu. Belajar mengasihi dan menjaga  mutual relationship dengan mutual respect itu tidaklah mudah, namun kita  harus terus belajar dan bertumbuh dalam kerohanian makin serupa  Kristus.
Alasan Sengaja Melukai
Kalau ada  orang yang sengaja melukai hati kita, ada beberapa sebab:
1.  Ketakutan Persaingan Manusia selalu takut dan tidak mau disaingi. 
Mereka  paling senang kalau dirinya paling hebat. Kalau kamu dilukai orang  karena kamu dianggap menyaingi dia, janganlah kamu sedih. Mengapa?  Karena lebih baik menjadi sasaran iri hati orang daripada kamu menjadi  tukang iri.
Mana yang lebih susah hidupnya: sasaran iri atau  tukang iri? Merasa iri terhadap orang lain itu susah luar biasa. Menjadi  sasaran iri orang lain juga susah, tetapi tidak sesusah orang yang iri.  Kalau kamu menjadi sasaran iri orang lain, itu berarti kami memiliki  kelebihan. Maka jangan membenci orang yang iri kepadamu, tetapi  kasihanilah dia. Kalau kamu menjadi sasaran iri berarti kamu punya  kelebihan yang ia tidak miliki. Kelebihan itu adalah anugerah Tuhan,  maka kamu jangan mencela orang yang iri kepadamu, sebaliknya kasihani  dia.
Ada dua sebab mengapa kamu menjadi sasaran iri orang lain.  Pertama, karena memang kualitas kamu tinggi; kedua, karena kamu terlalu  menonjolkan diri. Maka kalau kamu mempunyai kelebihan, jangan sering  menonjolkan kelebihanmu untuk membuat orang lain jadi iri, itu dosa.
Sekalipun  kamu hebat dan high achievement, tetaplah rendah hati dan low  profile. High achievement, low profile; high thinking, low living.  Inilah seni hidup. Inilah sikap hidup orang Reformed. Dengan demikian,  kita bisa bergaul baik dengan orang lain. Kalau orang akhirnya iri  kepada kamu, itu problema orang itu sendiri. Tetapi kalau kamu terlalu  menonjolkan diri dan merebut kemuliaan Tuhan, terlalu mengagungkan diri  sendiri, itu dosamu. Maka dalam hal iri, kamu harus sangat berhati-hati  akan hal ini.
2. Salah Mengerti
Sebab kedua anda  dilukai orang adalah dia salah mengerti anda. Kamu difitnah atau orang  memberi tanggapan atau pikiran yang salah tentang dirimu, sehingga kamu  merasa terluka. Tetapi janganlah kamu terlalu cepat membalas. Coba  selidiki dulu mengapa orang itu begitu tidak baik terhadap kamu? Mengapa  kamu dilukainya? Kalau itu hanya salah mengerti, ada dua hal yang harus  kita perhatikan. Pertama, kita tidak sembarangan membela diri; kedua,  kita tidak boleh membiarkan kebajikan kita difitnah orang lain. Ini  adalah ajaran Alkitab, jangan sampai kebajikanmu itu difitnah oleh orang  lain. Kalau kamu baik, tetapi difitnah, kamu berhak membela diri.
Tetapi  jika kamu tidak bisa membela diri saat difitnah, maka cara satu-satunya  adalah serahkan kepada Tuhan dan waktunya Tuhan. Terlalu cepat membela  diri atau terlalu cepat menyerang orang lain akan membuat banyak hal  semakin rumit dan sulit. Di dalam hidup gerejawi selama berpuluh-puluh  tahun, saya melihat antara majelis, pendeta, penginjil, tua-tua dan  anggota timbul banyak perselisihan yang sulit didamaikan dan  diselesaikan. Apa sebabnya? Karena semua tidak mau menunggu waktu yang  tepat, semua tergesa-gesa dan cepat membela diri.
Pada saat orang  lain yang salah mengerti atas apa yang kita lakukan atau menfitnah apa  yang kita lakukan, janganlah terlalu cepat membela diri. Kadang waktulah  yang akhirnya memenangkan anda, ketika matanya celik dan melihat semua  yang ia fitnahkan tidak benar, ia akan menjadi sungkan sekali. Cara  terbaik untuk menghadapi orang-orang yang melukai hati kita adalah  membuat mereka merasa sungkan sekali, maka kita tidak perlu lagi membela  diri.
3. Standar yang Tinggi
Orang melukai kita atau  salah mengerti dan menghina kita karena dia memiliki suatu standar yang  tinggi, yang lebih tinggi dari standar kita. Kalau kamu dihina karena  orang lain memasang standar yang lebih tinggi, kamu tidak perlu marah  dan tidak perlu menghina diri, karena kamu memiliki kelebihanmu sendiri  yang perlu kamu kembangkan secara maksimal untuk kemuliaan Tuhan. Kalau  orang lain memiliki standar yang berbeda dari standar kita, kita tidak  perlu membela diri dan juga tidak perlu menyerang, tetapi kita perlu  mengerjakan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Sampai suatu saat ia  menyadari bahwa kita memiliki nilai tersendiri dan tidak kalah baiknya  dengan standar yang ia pakai.
Mari kita memupuk dan menuntut diri  sampai kita mempunyai kemajuan yang baik, sehingga kita tidak takut  dihina oleh orang lain. Setiap kita mempunyai kehormatan, harkat, dan  nilai diri. Nilai itu akan diukur oleh Tuhan dan bukan oleh manusia.  Jika kita bertahan dalam nilai kerohanian yang sungguh-sungguh, maka  suatu kali kelak kita akan dimuliakan Tuhan.
Selama hidup-Nya di  dunia ini, Yesus Kristus dihina, diejek, difitnah, diumpat, dan  diperlakukan secara tidak adil. Tetapi sebelum Ia naik di kayu salib, Ia  berdoa, "Bapa, muliakan Anak-Mu sebagaimana Dia sudah memuliakan Engkau  di atas bumi. Orang-orang yang Engkau berikan kepada- Ku, sudah  Kuberikan hidup kekal. Seorang pun tidak ada yang akan binasa." Doa  Yesus Kristus harus menjadi teladan bagi kita. Ketika Ia dihina dan  difitnah, Ia tidak membalas, tidak membela diri sewaktu di kayu salib,  namun akhirnya Ia dimuliakan lebih tinggi dari siapapun.
-------------------------------------------------------------
Pengkhotbah:  Pdt Stephen Tong
 
 
 
No comments:
Post a Comment